Jakarta, 16 Juni 2024 – resor pegunungan Swiss menjadi saksi sejarah ketika lebih dari 90 negara berkumpul dalam KTT perdamaian international yang dipimpin oleh Ukraina. Dua tahun setelah invasi Rusia yang mengguncang Eropa, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengajak pemimpin dunia untuk bersatu dalam merumuskan jalan keluar dari konflik yang mematikan ini.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama dua hari ini, fokus tama KTT adalah ketahanan pangan, pencegahan bencana nuklir, dan repatriasi anak-anak yang dideportasi oleh Rusia. Lebih dari sekedar agenda teknis, KTT ini menjadi platform bagi para pemimpin dunia untuk menegaskan komitmen mereka dalam mencari solusi bagi salah satu konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Presiden Volodymyr Zelensky dengan tegas menyuarakan harapannya untuk mencapai kesepakatan international yang mengakhiri perang yang telah berkecamuk selama lebih dari dua tahun ini. “Kita harus bersama-sama menentukan apa makna perdamaian yang adil bagi dunia dan bagaimana kita bisa mencapainya dengan cara yang berkelanjutan,” ujarnya dengan penuh harapan di hadapan para pemimpin dunia yang hadir.
Namun, upaya perdamaian ini tidak datang tanpa tantangan. Rusia dan Tiongkok, sekutu dekatnya, menolak kehadiran KTT ini, menunjukkan betapa kompleksnya dinamika geopolitik yang terlibat dalam konflik Ukraina.
Pada hari Jumat sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan tuntutannya atas penarikan Ukraina dari Wilayah selatan dan timur sebagai syarat awal untuk memulai pembicaraan damai. Namun, seruan ini ditolak luas oleh peserta KTT yang menegaskan keberadaan Ukraina dalam konfeensi ini sebagai tindakan solidaritas internasional.
KTT perdamaian ini bukan hanya sekedar pertemuan diplomatik rutin, tetapi juga sebuah panggilan moral untuk menegaskan bahwa perdamaian adalah hak universal yang harus dijunjung tinggi oleh semua bangsa. Dengan solidaritas global dan komitmen untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan, Ukraina memimpin jalan untuk mengakhiri konflik yang telah merenggut banyak nyawa dan merusak banyak harapan di Eropa.